Berita & Agenda : Wednesday, 5 December 2012 | 1716 Views |

Perjalanan Panjang Prodi S1 Pendidikan Bahasa Mandarin Uwika : Usaha Keras Berbuah Manis

Meski harus menunggu selama 4 tahun, usaha keras Universitas Widya Kartika (Uwika) berbuah manis. Tekad untuk bisa menyelenggarakan Program Studi (prodi) S1 Pendidikan Bahasa Mandarin bisa terwujud akhir tahun ini.

Secara internal, launching Prodi S1 Pendidikan Bahasa Madarin sudah dilakukan saat wisuda 24 November 2012. Dalam kesempatan itu, hadir sejumlah tokoh yang memiliki sumbangsih atas perjalanan lahirnya prodi tersebut. Seperti Bapak Widyanto Tedja, S.H, pendiri Uwika, yang meski dalam kondisi kurang sehat, tetap menyempatkan hadir dalam acara tersebut. Selain itu, datang juga Bapak Eka Budi Santosa, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Indonesia (YPPI), Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc., Ketua YPPI, isteri almarhum Ir. O.F. Patty (Rektor pertama Uwika), perwakilan Yayasan Adi Jasa, Lembaga Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa Jawa Timur, serta pimpinan Uwika.

Lahirnya prodi S1 Pendidikan Bahasa Mandarin tersebut bermula dari inisiatif empat pihak. Yakni Uwika, Chong Qing Normal University, Yayasan Adi Jasa, dan Lembaga Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa Jawa Timur. Hal itu didasarkan atas kondisi perkembangan Bahasa Mandarin yang kian hari kian meredup. Sebab, keberadaan tenaga pendidik Bahasa Mandarain sangat minim. Situasi itu tidak lepas dari terputusnya regenerasi pengajar akibat kebijakan pada masa orde baru. “Kalau pun ada yang kompeten, usianya pasti sudah tua. Diatas 50 tahun. Nah, pendidik antara 35-50 tahun ini bisa dibilang sangat langka,” kata Budi Hermawan, S.E., MTCSOL., kaprodi Bahasa Mandarin Uwika.

Di sisi lain, keberadaan perguruan tinggi yang mencetak tenaga pengajar baru di Indonesia juga masih sedikit. Padahal, kebutuhan tenaga tersebut cukup banyak. Sehingga, dari kondisi yang ada, tercetuslah ide untuk mendirikan prodi S1 Pendidikan Bahasa Mandarin.

Diawali pada 2008, Uwika mulai intens membahas dan menyusun konsep terkait prodi S1 Pendidikan Bahasa Mandarin. Proses mendapatkan legalitas dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pun ditempuh. Kala itu, tim dari Uwika mesti rela bolak-balik Jakarta-Surabaya. Pasalnya, pada masa tersebut, proses pengurusan izin masih dilakukan secara konvensional.

Meski harus berjibaku dengan metode yang masih konservatif, perjalanan yang dilalui juga tak semulus harapan. Saat proses sudah tinggal separo, pemerintah memberlakukan kebijakan baru. Pada 2010, proses pengajuan izin prodi dilakukan secara online. Praktis, tim harus memulai lagi tahapan pengajuan tersebut dari awal. Baik dalam hal permohonan maupun penyiapan berkas sesuai ketentuan baru. “Termasuk memenuhi adanya enam dosen pengajar bergelar S2 seperti yang disyaratkan,” tambahnya.

Meski menemui hambatan, semangat agar keberadaan prodi tersebut bisa terealisasi tak lantas padam. Akhirnya, usaha keras itu kini berbuah manis. “Awalnya memang psimistis apakah izinnya akan turun atau tidak. Tapi, sekarang sudah lega,” ujarnya.

Menurut dia, saat ini, perguruan tinggi yang memiliki Prodi S1 Pendidikan Bahasa Mandarin masih sangat jarang. Apalagi yang mampu memenuhi standart ketersediaan tenaga pengajan dengan background pendidikan S2. Hal itu bisa dikategorikan dalam kondisi langka. Umumnya, dosen pengajar yang ada masih lulusan S1. Hal tersebut juga terjadi di tingkat pendidikan menengah. Minimnya ketersediaan tenaga pengajar memang masih menjadi masalah utama institusi pendidikan Indonesia. “beberapa fakta yang saya dapatkan, ada sekolah yang menghentikan kelas mandarin hanya karena dosennya keluar. Padahal, pelajaran mandarin itu sudah menjadi kebutuhan,” katanya. “Nah, dengan adanya prodi S1 Pendidikan Bahasa Mandarin di Uwika sekarang, diharapkan bisa menjadi alternatif menyelesaikan problem tersebut,” sambungnya.